Mobil tua tidak laik berseliweran di jalan raya karena menjadi biang polusi? Pendapat itu agaknya tidak sepenuhnya dapat diterima. Mungkin, bagi kendaraan bermesin tua yang sering terbatuk-batuk dengan asap hitam yang keluar dari knalpot memang layak diapkir. Tetapi jika yang melintas adalah mobil VW klasik dengan suara mesin dan bodi yang mulus, maka berani jamin semua orang tidak akan merasa keberatan. Sebaliknya, banyak yang bakal melirik alias jatuh hati.
Semua orang tahu, mobil-mobil VW --baik jenis kodok maupun kombi (wagon)--, tidak ada satu pun yang dalam kondisi baru. Pasalnya, kendaraan yang populer sejak masa Perang Dunia II itu bisa dipastikan sudah masuk ke Indonesia dari jaman perang kemerdekaan maupun masa orde lama. Artinya, pemilik asli mobil ini barangkali sudah tidak ada. Keberadaan mobil-mobil klasik, termasuk VW, bisa terawat baik hingga sekarang tentu lepas dari sentuhan bengkel-bengkel modifikasi mobil tua itu sendiri.
Salah satunya Ajie, pengelola Oto Resto yang berlokasi di daerah Bintaro dan fokus melayani renovasi mobil-mobil klasik yang cukup ternama di Jakarta. Menurutnya, klien yang datang ke bengkelnya tidak hanya dari dari Jakarta atau kota-kota lain di Jawa, tetapi mereka juga ada yang dari Sumatera, Kalimantan, Bali, bahkan Papua. Walhasil, halaman belakang bengkel seluas sekitar setengah hektar yang masih satu atap dengan bengkel modifikasi Harley Davidson, cafe, butik, dan salon kecantikan juga tampak berjajar mobil-mobil klasik, terutama VW, yang siap didandani. “VW itu unik, tidak ada saingannya. Mobil-mobil lain biasanya makin tua makin ketinggalan. Sebaliknya VW yang paling tua akan paling banyak dicari dan makin mahal harganya. Pemilik mobil VW keluaran 1953 misalnya, akan segan membawa mobilnya keluar karena takut lecet atau kesenggol,” ujarnya menyinggung perilaku beberapa pemilik mobil VW yang digarapnya.
Selain Ajie, di bengkel yang sudah berdiri 12 tahun itu juga ada Darmawan, rekannya yang merupakan modifikator VW, khususnya jenis kombi sekaligus menjadi supervisor proses pengerjaannya. Yang menarik, Darmawan justru memiliki bisnis utama di bidang advertising, desain grafis, dan percetakan. Sedangkan jasa modifikator VW kombi tersebut merupakan usaha sampingan saja.