GRESRUTS

Tampilan Sama-Sama Mewah, Harga Jual Bisa Lebih Murah

vinil_k_anastasia-lilinKulit binatang sudah jadi langganan untuk bahan produksi kerajinan. Sayang, karena harga kulit mahal, harga jual produknya melambung. Pengusaha di Sleman, Yogyakarta, memilih bahan dasar kulit sintetis (vinil) sebagai pengganti kulit. Aneka kreasi kerajinan tercipta dan masuk pasar ekspor.
Anda pandang sekilas, produk berbahan vinil alias kulit sintetis tak jauh beda dari kulit asli. Kulit-kulitan bikinan pabrik ini sama tebal dan licin juga. Banyak orang memanfaatkan vinil untuk membalut jok kursi.

Nah, keberadaan vinil ini menginspirasi sejumlah pengusaha di daerah Sleman, Yogyakarta. Mereka mengembangkan vinil menjadi bahan dasar aneka kerajinan.

Salah satunya Sumadiyono, pemilik usaha kerajinan vinil Yor & Craft. Dia mengawali bisnis ini pada 2005 dengan modal Rp 15 juta. Saat itu, Sumadiyono belum memakai vinil pada semua produk kerajinannya. Sumadiyono lebih dulu melenggang pada kreasi kerajinan kulit binatang. Aktivitas ini berlangsung dari 1990 hingga 1995. Tak hanya itu, bapak tiga anak ini juga berkreasi pada kerajinan berbahan dasar tanaman seperti enceng gondok dan lidi.

Sifat Sumadiyono yang dinamis ini kemudian memicunya untuk mulai menjajal kreasi kerajinan berbahan dasar vinil. Bersama lima orang temannya, Sumadiyono memelopori usaha kerajinan rumahtangga di daerahnya. "Soalnya, dengan vinil, tampilan kerajinan saya terlihat lebih elegan dan harga jualnya lebih murah dibandingkan kulit," kata Sumadiyono.

Dia lalu membuat beraneka wadah dari vinil. Antara lain boks tisu, boks pakaian kotor, kotak permen, tempat buah, dan tempat majalah. Bentuknya beragam, mulai dari bentuk kubus, persegi panjang, hingga bulat. Begitu pula dengan besarannya.

Dia menetapkan harga jual untuk produk-produknya itu sesuai ukuran. Produk boks tisu berbanderol Rp 70.000, tempat majalah Rp 250.000, dan tempat permen Rp 125.000. Sementara, harga satu set boks laundry yang terdiri dari tiga wadah antara Rp 300.000–Rp 450.000.

Lantaran motif vinil yang beragam, Sumadiyono mengatakan, konsumen me-miliki banyak pilihan. Sumadiyono pun semakin mudah untuk terus mengembangkan kreasi. Pabrikan vinil menyiapkan motif kulit ular, kulit buaya, kulit polos dengan berbagai variasi warna, hingga motif anyaman. "Tampilannya seperti kulit binatang asli dan yang paling penting mudah dibersihkan," katanya.

Tak sulit bagi Sumadiyono untuk mendapatkan bahan baku pembuat kerajinannya. Dia bisa belanja bahan di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Harga vinil berada di kisaran Rp 18.500 per meter. Untuk pemasaran, hingga kini dia masih memilih menyetorkannya ke pemasok. Pemasok itu lebih suka mengekspor kerajinannya. "Kebanyakan ke Singapura, dan sisanya ke Eropa," ungkap Sumadiyono.

Dia mengaku mengalami puncak kejayaan penjualan sejak 2005 hingga 2008, tepat-nya sebelum krisis finansial global terjadi. Pada masa jaya itu, dia mampu menangguk omzet rata-rata antara Rp 10 juta-Rp 15 juta per minggu. Ini belum termasuk permintaan tambahan dari pemasok yang datang dadakan.

Kini, omzet Sumadiyono memang sedang mengempis. Alasannya, pasar belum pulih, sehingga permintaan pesanan dari pemasok pun sedikit tersendat. Omzet yang direguk Omset Sumadiyono akhir-akhir ini paling banter hanya Rp 5 juta per minggu. "Untungnya paling cuma 30% saja," akunya.

Meski begitu, Sumadiyono optimistis usaha ini bisa kembali berkembang. "Soalnya, bahan baku kerajinan itu biasanya akan lumayan lama menjadi tren," ujarnya. Untuk mengembangkan usaha, Sumadiyono sebenarnya mempunyai harapan besar untuk bisa menjual sendiri barang produksinya ke luar negeri. Dengan begitu, keuntungan tak lagi banyak dipotong eksportir. Namun, untuk melangkah sampai ke sana, dia butuh persiapan matang. "Makanya saya sedang berusaha cari pendanaan," ungkapnya.


 sumber

DAFTAR ISI ARTIKEL

 

BANNER LINK TEMEN

freedownload http://coolmixs.blogspot.com/

TEKS LINK TEMEN

LINK FAVORIT

THANK'S TO :

GRESRUTS Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template